Nonton TV Bisa Hambat Pertumbuhan Otak Anak

Sejumlah penelitian menyebutkan terlalu banyak menonton televisi bisa menghambat pertumbuhan otak anak.

Penelitian terkini di Amerika Serikat bahkan menyebutkan anak umur nol sampai dua

tahun sebaiknya tidak dibiarkan menonton televisi sama sekali.

“Karena televisi, meskipun ‘edutainment’ sekalipun hanya memberikan rangsangan yang bersifat satu arah saja sehingga anak tidak bisa tercipta reaksi timbal balik,” kata seorang psikolog anak, Dra.Mayke Tedjasaputra pada Diskusi Interaktif tentang perkembangan kecerdasan anak di Jakarta, Sabtu (9/10).

Selain itu menurut dia, tayangan televisi juga hampir selalu menampilkan efek sinar, gerak dan suara secara bersamaan. “Hal itu tidak bisa selalu dilihat oleh anak dalam dunia nyata sehingga mempersulit penyesuaian dirinya terhadap lingkungan,” kata staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) itu. Tampilan adegan yang tidak disajikan secara utuh dalam tayangan televisi menurut dia juga menyebabkan anak tidak bisa memperoleh gambaran yang utuh tentang suatu kegiatan atau benda. “Sehingga anak tidak memahami suatu hal secara menyeluruh,” katanya.

Akibat lainnya menurut Konsultan Tumbuh Kembang Anak dari Rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr.Hartono Goenardi, Sp.A pertumbuhan sel-sel syaraf otak pada anak tidak bisa optimal, demikian juga dengan tingkat pembentukan hubungan antar sel syarafnya (synaps). “Padahal dua sampai tiga tahun pertama merupakan periode emas pertumbuhan otak anak yang seharusnya tidak boleh disia-siakan,” katanya.

Saat itu sel syaraf otak tumbuh dengan cepat bahkan volumenya meningkat dari 400 gram ketika lahir menjadi 1.100 gram pada umur tiga tahun. Karena itu menurut dr.Hartono anak harus secara aktif mendapatkan stimulasi atau rangsangan dengan memberikan nutrisi yang cukup dan suasana yang menyenangkan, di antaranya dengan permainan.

Permainan yang baik akan merangsang kerja syaraf motorik dan sensorik anak sehingga akan meningkatkan kemampuan fisik, kemampuan berbahasa dan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Tiga kegiatan bermain yang terpenting menurut Mayke adalah bermain dengan gerakan (sensori motor), bermain dengan khayalan (simbolik) dan bermain menyusun benda-benda (konstruktif).

“Jika ketiga jenis permainan ini dilakukan secara seimbang maka hasilnya akan efektif,” katanya. Dia juga mengatakan tempat, waktu dan adanya teman bermain bagi anak sangat penting bagi perkembangan anak. “Karena dengan seorang teman anak juga bisa belajar untuk berinteraksi dengan orang lain,” katanya.